#Trip2Batam (2): Naik Trans Batam

Karena pesawat mengalami keterlambatan, akhirnya rencana saya untuk naik Damri dari bandara diurungkan dan jadinya naik taksi karena alasan efisiensi waktu. Sekitar jam 11.30 WIB, saya sampai di Hotel Golden View, hotel yang sama ketika saya ke Batam pertama kali dulu. Setelah melakukan registrasi ke panitia dan mendapatkan kamar, saya segera keluar untuk mencoba mengenal Batam. Lagian acara baru akan dimulai malam nanti, dari pada bengong di kamar hotel kan?

Yang saya lakukan adalah mencoba angkutan umum massal di Batam. Tidak afdol ke sebuah kota belum mencicipi angkutan umumnya dan saya ingin naik Trans Batam. Ngubek-ubek google untuk mendapat info tentang Trans Batam terutama rute dan nama-nama jalan yang dilalui, hasilnya cukup minim. Tetapi yang jelas lokasi hotel tempat saya menginap cukup jauh dari rute yang dilalui Trans Batam, yaitu sekitar 3 km.

Selama perjalanan dari bandara, mata saya tak lepas mengamati letak-letak halte Trans Batam dan juga angkot yang kemungkinan lewat dekat hotel. Kesimpulan saya ada angkot yang lewat jalan depan hotel dan rute angkot tersebut akan melewati halte Trans Batam. Tetapi untuk menyingkat waktu saya menggunakan ojek, dan saya mencoba menggunakan Gojek. Inilah adalah pertama kali saya menggunakan jasa ojek online. (baca disini)

Halte terdekat ada di Jalan Yos Sudarso. Awalnya si Gojek berhenti di depan Supermarket Giant tetapi disitu tidak ada halte Trans Batam, lalu saya bilang ke si Gojek untuk menuju halte terdekat karena yang saya tahu, bis dengan konsep BRT hanya bisa naik dan turun di halte yang telah ditentukan.

Letak halte terdekat sekitar 200 meter dari Supermarket Giant dengan lokasi yang cukup jauh dari keramaian, disekelilingnya banyak terdapat semak-semak. Saya heran mengapa letak haltenya terletak di lokasi yang cukup sepi, tidak diletakkan saja di depan Supermarket Giant. Halte berada di tepi jalan seperti halnya halte BRT diluar Jakarta. Masih ada jarak sekitar 5 meter antara aspal dengan halte. Bentuk halte simpel dengan desain terbuka dan beratap. Terdapat peta rute yang terpampang di dinding. Namun nama halte di lokasi dengan di peta tidak sama. Seperti halte ini, namanya Halte BMC namun di peta namanya “Giant”. Ketidaksesuaian nama halte tersebut, sepanjang pengamatan saya banyak terjadi sehingga ini menurut saya cukup membingungkan bagi penumpang.

Peta Rute Trans Batam
Gambar lebih besar klik disini atau disini juga

Di depan halte juga sudah dicor beton sebagai tempat bis berhenti, namun terlihat ada beberapa truk yang parkir di dekat halte sehingga bisnya nanti pasti tidak akan bisa berhenti di halte. Saya hanya menunggu sekitar 5 menit dan terlihat bis Trans Batam ukuran sedang berwarna putih datang. Bis tidak dilengkapi pintu tengah yang tinggi, yang ada pintu rendah di depan dan belakang.

20170323_131107

20170323_144608
Penampakan halte BMC, saat saya naik bis dari arah Batam Centre

Saya berdiri dan terlihat lampu sein bis mengedip sebelah kiri tanda bis akan menepi. Saya kira bis akan berusaha merapat ke halte, tetapi ternyata hanya roda bagian kiri yang turun dari jalan sehingga saya yang harus mendekat ke bis. Segera saya turun dari halte dan naik melalui pintu depan. Hore………. akhirnya naik bis lagi, katrok yo ben hehehe… Terakhir naik bis ya waktu mudik lebaran kemarin, naik Trans Jakarta (baca disini) Bis ini adalah koridor 5 (Tanjung Piayu – Jodoh). Trans Batam saat ini mempunyai 7 koridor yang aktif dari rencana keseluruhan sebanyak 9 koridor. Tujuan saya kali ini adalah ke Batam Centre untuk membeli buku di Mega Mall dan mengunjungi Masjid Raya Batam.

Trans_Batam_Putih
Seperti ini bis koridor 5 yang saya naiki (sumber)

Bis ini mempunyai barisan kursi menghadap depan dengan 1 sopir dan 1 kondektur. Di dalam bis hanya ada 2 penumpang. Bis berjalan dan sampai di depan Supermarket Giant bis berhenti menurunkan 1 penumpang dan juga menawarkan beberapa orang yang berdiri disitu untuk naik, namun tidak ada yang naik. Saya tanya ke kondektur tentang hal ini dan dijawab kalau naik dan turun bisa di manapun alias tidak harus di halte. Entah apakah ini poin plus atau minus bagi Trans Batam. Oiya, harga tiket umum Rp 4.000,- dan dibayar tunai diatas bis.

20170323_131307

20170323_131641

Sampai di halte dekat Mega Mall yang diberi nama halte Batam Centre Central Busway penumpang tidak bertambah dan berkurang, hanya 2 termasuk saya dan kata kondekturnya kondisi sehari-hari ya memang sepi seperti ini untuk koridor 5. Saya turun lalu masuk ke Mega Mall dengan tujuan membeli buku tetapi gagal (baca disini), jadinya saya keluar lagi setelah mengisi perut di sebuah restoran cepat saji yang tepat berada di dekat pintu masuk dan berniat menuju Masjid Raya Batam tetapi juga gagal (baca disini).

Saya kembali ke halte Central Busway Batam Center untuk mencari bis ke arah Nagoya Hill. Nah, disini kita membeli tiket di loket yang ada di halte dan kemudian masuk ke ruang tunggu yang cukup nyaman meskipun tidak begitu luas, hanya berkapasitas sekitar 20 orang saja. Ruangan ber AC dsan ditambah juga kipas angin serta ada TV dan juga dilengkapi toilet. Peta rute juga tertempel di dinding.

20170323_135948
Halte Batam Centre Central Busway. Loket tiket ada di ujung lorong itu.
20170323_140210
Pintu di ujung itu adalah pintu masuk ke bis

20170323_140823

20170323_141010
Adik kecil ini antusias mau naik bis. Terus sampai gede ya dik, meskipun nanti sudah bisa naik motor dan bisa nyetir mobil, utamakan naik angkutan umum ya… 😀

Kekurangan yang saya temui yaitu tidak tersedia tempat sampah sehingga saya kebingungan membuang botol air mineral yang sudah saya tenggak semua isinya. Selain itu petugas loket juga kurang memahami rute karena waktu saya tanya rute ke Nagoya naik jurusan mana, apakah ada langsung atau harus transit dia kebingungan dan harus bertanya ke temannya. Ke Nagoya Hill harus naik koridor yang sama waktu kesini, namun ini yang ke arah Jodoh dan nanti transit ke koridor 3 (Sekupang – Jodoh).

Di ruang tunggu ini petugas akan memanggil penumpang sesuai rute yang dituju jika bisnya sudah datang. Terlihat bis Trans Batam datang dan pergi silih berganti, ada yang bis sedang warna biru dan juga bis besar warna biru juga dengan bangku menghadap samping. Wah pengen tuh bisa dapat bis yang besar. Sekitar 15 menit bis yang akan saya naiki datang, dan tipenya sama dengan waktu kesini tadi. Mungkin koridor 5 ini menggunakan tipe bis yang sama semua.

Penumpang berjumlah 5 orang termasuk saya dan turun 2 orang diperjalanan. Penumpang tersebut minta turun di depan tujuan yang dikehendaki dan diperbolehkan. Selama perjalanan penumpang tidak bertambah atau berkurang lagi, padahal setiap ada orang yang bediri di tepi jalan bis melambat dan menawarkan rute tujuannya. Tiket yang saya beli di loket diminta oleh petugas.

20170323_144827
Menjelang sampai Jodoh, kondekturnya bisa nyantai….

Sampai di sebuah tempat, kondektur memberi tahu saya untuk turun dan nanti berganti bis yang ke arah Nagoya (koridor 3). Halte berada di Jalan Haji Ali dekat dengan BCA dan BRI. Di peta tercantum nama halte BCA, namun ini bukan halte khusus Trans Batam. Dari fisiknya halte ini sudah lama dan berfungsi juga untuk menunggu semua angkutan umum yang ada. Di halte ini banyak angkutan umum ngetem termasuk taksi. Wah, pasti mesti bayar lagi dong nanti pikir saya, kalau begini bis berikutnya mana tahu kalau saya ini penumpang transit atau bukan. Padahal konsep BRT yang pernah saya naiki seperti Trans Jakarta dan Trans Semarang, transit antar koridor tidak perlu bayar lagi.

Halte BCA
Halte tempat saya Transit. Jalannya lebar, bisa banget diberi jalur khusus untuk bus way (Gambar: Google street view)

Tidak lebih dari 10 menit, terlihat dari kejauhan bis besar warna biru datang. Asyik, kesampaian juga naik bis yang besar meskipun saya lihat di Google Maps, hanya sekitar 1 km saya sudah sampai kawasan Nagoya, ya lumayanlah daripada tidak hehehe… Bis berhenti dan meskipun ada pintu tengah, saya naik dari pintu depan karena ini bukan halte khusus Trans Batam. Penumpang sekitar 8 orang saja dan benar saya mesti membayar tiket lagi. Di dekat Mall Nagoya Hill saya turun dan lagi-lagi tidak ada halte khusus Trans Batam.

20170323_150029
Bisnya yang belakang ya, bukan yang depan 😀

20170323_150057

Itu pengalaman singkat saya menggunakan Trans Batam. Sebenarnya jika ada banyak waktu saya ingin naik lebih banyak koridor lagi, sampai ke terminusnya. Ingin tahu Nongsa, Sekupang, Batu Aji, dan lain-lain. Penilaian saya, sejauh yang rasakan cukup bagus pelayanannya. Dari 7 koridor yang ada, dan nantinya total 9 koridor, sudah mencakup sebagian besar wilayah di Batam, bahkan akan sampai ke Pulau Galang juga. Selain itu kondektur yang cukup komunikatif ketika ditanya, sopir yang mengemudikan juga nyaman tidak ngebut, AC di dalam bis yang dingin hingga halte yang sepanjang pengamatan saya kebanyakan dilengkapi dengan peta rute.

Kekurangannya, pertama sistem transit yang tidak jelas sehingga ini merugikan penumpang karena harus membayar lagi. Kedua, nama halte di peta dengan di lapangan banyak tidak sesuai, tentu saja ini membingungkan penumpang terutama yang dari luar kota. Ketiga, petugas loket kurang memahami rute-rute yang ada. Cuma saran sedikit, harusnya kondektur memberitahukan kepada penumpang mengenai halte terdekat yang akan dilalui. Atau ini tidak dilakukan karena penumpang sedikit dan bis bisa berhenti dimana saja?

Kalau saya amati, Trans Batam ini merupakan sistem BRT di luar Jakarta yang sangat bisa dikembangkan seperti Trans Jakarta dengan mempunyai lajur khusus dengan halte di tengah jalan, karena jalan-jalan di Batam banyak yang masih sangat mungkin untuk dilebarkan lagi. Ini keuntungan Batam yang tata kotanya sudah dirancang sebelum kota ini berkembang. Tetapi tentunya ini adalah langkah jangka panjang karena dibutuhkan dana yang besar.

Yang mungkin bisa dilakukan dalam jangka pendek adalah membuat halte di tengah jalan khusus untuk lokasi halte transit, karena dengan halte di pinggir jalan proses transit antar koridor jadi sulit. Namun jika ada halte di tengah jalan, bis yang ada juga harus ditambah pintu penumpang di sebelah kanan.

Tinggal sekarang adalah keseriusan Pemkot Batam untuk mengembangkan Trans Batam ini menjadi transportasi massal yang bisa diandalkan oleh warganya untuk beraktifitas. Harusnya malu dong dengan negeri di seberang sana yang transportasi massalnya sudah bagus….

Tambahan: Dapat dari teman di forum SSCI (thanks to HeeDZ) membuat peta rute Trans Batam yang diaplikasikan ke Google Maps:

https://www.google.com/maps/d/viewer?mid=1GgMurN5l9xwrFfMakYnNdkNWAc8&ll=1.0738813012601671%2C104.03044999999997&z=12

7 pemikiran pada “#Trip2Batam (2): Naik Trans Batam

  1. Mantab mas… ulasannya juga lengkap. Kalau awal2 dulu, TransBatam tidak mau menurunkan atau ngambil penumpang diluar haltenya (kondekturnya selalu bilang nggak boleh gitu). Kalo sekarang mungkin sudah banyak yang dibolehkan kali ya…
    Moga aja usulnya didengar eh dibaca pihak pemko ya, biar lebih bagus lagi 🙂

    • Mungkin agar penumpang lebih banyak lagi ya, biar pada mau naik Trans Batam.
      Semoga angkutan umum di Indonesia semakin bagus dan nyaman biar masyarakat mau beralih ke angkutan umum.

    • Rute Trans Batam ini sudah mencakup sebagian besar wilayah Batam, bisa buat jalan-jalan keliling Batam. Tinggal ditingkatkan saja kualitasnya.

  2. Bus nya kecil ya? Padahal bus kota yang di Bandung besar – besar seperti Trans Jakarta maupun bus di Penang/KL. Semoga makin bagus, karena kota terdekat dengan negeri jiran, Singapura & Malaysia.

    • Ada bis besar juga kok mas, nggak tau di koridor berapa saja. Tapi pengamatan saya memang lebih banyak bis kecilnya

Tinggalkan komentar