#Trip2Batam (9): Pantai Melayu, Jus Buah Naga dan Jembatan Barelang

Pulang dari Kampung Vietnam kami meminta pak sopir mampir ke sebuah pantai karena sepanjang perjalanan tadi terlihat beberapa penunjuk jalan menuju suatu pantai, terserah pantai yang mana. Di pulau yang kecil begini terlihat dengan mudah laut baik di kanan ataupun kiri jalan.

Beloklah mobil menuju ke sebuah pantai yang dari papan namanya bernama Pantai Melayu. Lokasi kalau nggak salah di Pulau Rempang, jarak dari Jalan Trans Barelang sekitar 1 km dengan jalan beraspal. Tiket masuk Rp 10.000,- per orang. Pantai saat itu sepi, hanya kami pengunjungnya. Fasilitas cukup lengkap, ada kios/warung, toilet, gardu-gardu tempat duduk untuk menikmati pemandangan, dan lain-lain. Pantainya teduh karena banyak pohon kelapa dan pohon lainnya. Segera saya turun dan menuju ke pantai dan membasahi kaki dengan air laut, biar sah kalau ke pantai itu ya main air.

Pasir berwarna putih dan lembut, namun kotor dengan sampah-sampah kecil berwarna hitam, tidak tahu itu sampah apa, mungkin dari dedaunan yang rontok. Yang aneh, di pantai ini tidak ada ombak sama sekali. Baru kali ini saya melihat pantai seperti ini. Pantai utara Jawa seperti di Pantai Marina Semarang saja ombaknya tergolong kecil jika dibandingkan ombak pantai selatan Jawa, ini malah nggak ada ombaknya, hanya riak kecil seperti di tepi sebuah danau. Disatu sisi positifnya bisa aman bermain air di pantai, tapi asyiknya main di pantai itu ya ombaknya. Apalagi kalau datang ombak besar, seru! Tapi  bagaimanapun, pantai ini tetap indah.

20170325_110621

20170325_110633

20170325_110943

20170325_110951

Seorang pemilik perahu menawarkan saya untuk menyeberang ke sebuah pulau kecil yang terlihat dari pantai, katanya di sana spotnya bagus untuk foto-foto, namun saya tidak tertarik. Kami tidak lebih dari 15 menit berada di pantai ini.

Menyusuri Jalan Trans Barelang kembali ke arah Batam pak sopir mengajak kami untuk istrirat sebentar di sebuah warung yang menyediakan berbagai olahan buah naga. Nama warungnya adalah Zore yang kalau tidak salah lokasinya juga masih di Pulau Rempang, sebelah kiri jalan kalau dari arah Pulau Galang.

Warung ini sederhana dengan ruang terbuka. Tempat duduk dari kayu yang bentuknya cukup unik. Produk yang dijual adalah olahan berbahan dasar buah naga seperti jus, sop buah, keripik, dan lain-lain. Saya memesan jus. Yang spesial dari warung ini adalah, kebun buah naga berada tepat di belakang warung dengan latar pemandangan laut, Wow indahnya…, memanjakan mata sambil menikmati jus buah naga yang dingin menyegarkan. Di tambah semilir angin yang bertiup menjadikan kami betah berlama-lama disini.

20170325_112912

20170325_112929

20170325_112937

20170325_113636

Setelah lelah berkurang sehabis istirahat menikmati jus buah naga, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir di Batam, apalagi kalau bukan karena kalimat “belum ke Batam kalau belum ke Jembatan Barelang”. Jembatan yang dibangun sejak tahun 1992 dan selesai tahun 1998 ini kini menjadi ikon Batam. Jembatan Barelang yang merupakan singkatan dari tiga pulau besar yaitu Batam, Rempang dan Galang ini mempunyai total 6 buah jembatan yang menghubungkan 6 pulau yaitu Pulau BATAM, Nipah, Setoko, REMPANG, GALANG dan Galang Baru.

barelang
Rangkaian Jembatan Barelang (sumber)

Jembatan yang menjadi ikon adalah jembatan pertama (dari arah Batam) karena jembatan ini mempunyai konstruksi kabel dengan dua buah tiang penyangga setinggi 38 meter yang menghubungkan Pulau Batam dengan Tonton. Jembatan ini mempunyai panjang 642 (tepatnya 641,8) meter dan lebar 18 meter dengan nama resmi Jembatan Tengku Fisabilillah.

2169_body_1_2
Megah dan ikonik (sumber)

20170325_121805

20170325_092316

20170325_092259

20170325_092352

Ini tidak patut ditiru ya, kami berhenti di tengah jembatan yang sudah jelas itu dilarang. Rambu dan tulisan dilarang berhentipun sudah jelas terpampang lengkap, namun berhenti di atas jembatan ini kayaknya sudah menjadi keharusan jika berkunjung ke Barelang. Tukang foto instantpun banyak disini menawarkan jasanya. Jembatan memang terlihat megah dipadu dengan pemandangan yang indah disekelilingnya dengan hamparan pulau-pulau kecil di tengah lautan.

20170325_092305

20170325_092556

20170325_092429

Sedangkan lima jembatan lainnya hanya jembatan beton biasa, yaitu Jembatan kedua diberi nama Jembatan Nara Singa sepanjang 420 meter yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Nipah. Jembatan ketiga diberi nama Jembatan Raja Ali Haji sepanjang 270 meter yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Setoko. Jembatan keempat diberi nama Jembatan Sultan Zainal Abidin sepanjang 365 meter yang menghubungkan Pulau Setoko dengan Rempang. Jembatan kelima diberi nama Jembatan Tuanku Tambusai sepanjang 385 meter yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Galang. Jembatan terakhir diberi nama Jembatan Raja Kecik sepanjang 180 meter yang menghubungkan Pulau Galang dengan Galang Baru. Nama-nama tersebut diambil dari nama raja yang berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi. Total panjang jembatan jika digabung sekitar 2 km.

Semua jembatan sudah dibangun lebar yaitu memunyai dua jalur dengan masing-masing dua lajur, padahal jalan yang ada saja masih dua lajur. Biasanya jalan lebar duluan, jembatannya belakangan.

100_1001
Jembatan Barelang dari udara, saat pertama kali saya mau mendarat di Batam tahun 2013
100_1005
Ini alasan mengapa dinamakan Provinsi Kepulauan Riau
100_1007
Nopol Kepri BP = Banyak Pulau

Ini jembatan antar pulau yang pertama saya lewati. Kapan ya bisa ke jembatan Suramadu dan Jembatan Merah Putih di Maluku?

2 pemikiran pada “#Trip2Batam (9): Pantai Melayu, Jus Buah Naga dan Jembatan Barelang

Tinggalkan komentar