Mereview Yamaha NMAX

Memiliki motor matik adalah keinginan sejak lama karena kepraktisan yang dimilikinya, tapi motor matik yang ada kebanyakan imut-imut, nggak pas dengan postur tubuh saya yang cukup tinggi. Sejak kehadiran Yamaha NMAX tahun 2015 yang lalu, saya kesengsem  untuk memilikinya. Dengan bodi yang besar rasanya ini pas bagi saya dan lagi harganya cukup rasional. Dan pertengahan tahun 2016 kemarin akhirnya saya jadi meminang NMAX. Sudah hampir 7 bulan saya wira-wiri dengan motor ini, saya rasa waktu yang lebih dari cukup untuk memberikan penilaian tentang motor ini, tentu saja dari sisi seorang pengguna yang awam tentang dunia permotoran.

dsc07807

Kesan pertama saya dengan motor ini adalah tentang posturnya yang besar, gimana ya pas dikendarai nanti? Itu pertanyaan yang muncul dalam hati saya. Ternyata motor ini hanya terlihat besar ketika dilihat, tapi begitu dikendarai nggak jauh beda dengan motor-motor matik yang lebih kecil, masih lincah untuk bermanuver misalnya dalam kemacetan atau waktu menghindari lubang. Naik NMAX kegantengan bisa naik lho, naiknya 1 % hehehe…  Entah perasaan saya atau beneran, naik NMAX ini cukup menarik perhatian orang, mungkin karena populasinya yang belum begitu banyak dan ditambah desain yang memang sangat berbeda dengan motor lain.

Oke ini mari kita mulai penilaiannya. Pertama dari segi desain, motor ini mengambil desain motor matik yang beredar di Eropa sono sehingga sangat berbeda dari motor-motor matik yang beredar selama ini. Jika umumnya motor matik di Indonesia identik dengan dek rata, NMAX ini kebalikannya, deknya tidak rata karena di dek ini dipakai sebagai tangki bahan bakar, yang pada motor matik lain berada di bawah jok.  Setiap desain pasti ada kekurangan dan kelebihan.

Motor matik dengan dek rata praktis dipakai terutama untuk ibu-ibu yang memakai rok panjang dan di dek tersebut juga bisa untuk menaruh barang yang cukup banyak, misalnya belanjaan. Sedangkan NMAX praktis dalam hal mengisi BBM karena kita tidak perlu turun untuk membuka jok. Dan karena tangki BBM di depan, maka ruang bagasi dibawah jok jadi lebih luas. Ini salah satu yang saya suka dari NMAX, bagasinya yang besar. Selain helm yang bisa masuk, membawa barang cukup banyak pun oke, semisal tas punggung dengan laptop layar 14 inchi pun bisa masuk sehingga aman dan terlindung, semisal saat turun hujan.

Selain bagasi yang luas, desain NMAX yang suka juga adalah bagian pijakan kaki yang nyaman dengan dua posisi yaitu posisi biasa seperti motor lainnya dan posisi selonjoran, meskipun bagi saya yang kakiknya panjang ini nggak bisa selonjoran maksimal. Dengan posisi kaki selonjoran ini membuat berkendara menjadi nyaman, terutama dengan kaki yang tidak cepat pegel karena tertekuk seperti posisi kaki pada motor-motor pada umumnya. O, iya selain itu jok NMAX ini juga lebar dan empuk banget, jadinya nyaman duduk diatasnya.

Dari desain, kita beralih ke mesin. NMAX dibekali mesin 155 cc dengan teknologi Variable Valve Actuation (VVA), saya juga nggak begitu paham apa itu VVA. Dari artikel yang pernah saya baca, teknologi VVA ini cara kerjanya sama dengan yang dipakai di mobil semisal VTEC pada Honda dan VVT-I pada Toyota. Konon dengan VVA ini konsumsi bahan bakar bisa tetap irit namun tetap bertenaga.  Dan memang terasa tarikan gas NMAX ini terasa enteng banget, tapi soal top speed saya nggak pernah mencoba sampai gas pol. Saya bukan orang yang berani kebut-kebutan, sekarang sih jalannya santai, kecepatan 60 – 70 km/jam saja rata-ratanya. Jarang banget diatas kecepatan itu, lagian ngebut-ngebut buat apa. Tinggal manajemen waktu saya biar tepat waktu sampai tujuan.

Untuk membuktikannya ketangguhan mesin NMAX, saya memakai motor ini untuk touring bonceng bertiga dengan Nashwa di tengah, jadi bobot total penumpang lebih dari 150 kg. Tujuan kami adalah ke daerah pegunungan di lereng Gunung Masurai tepatnya di Kecamatan Jangkat dengan ketinggian 1.200 mdpl. Jarak dari rumah sekitar 150 km dengan kondisi jalan 90% berkelok-kelok dan naik turun dengan aspal yang mulus. Di wilayah yang saya tuju ini sebenarnya banyak obyek wisata alam seperti air terjun dan danau, tapi sayang belum digarap sehingga aksesnya masih sulit. Beberapa waktu lalu program My Trip My Adventure TransTV mengujungi wilayah ini.

Di jalan yang penuh tanjakan dan belokan, terasa NMAX ini memang bertenaga. Tanjakan dilibas dengan entengnya dan tidak terasa mesin kewalahan atau istilah Jawa-nya itu ngeden. Inilah enaknya motor matik, tinggal gas saja nggak perlu oper-oper peseneling di jalan penuh tanjakan gini, wuzzzz….. saya suka. Yang menjadi keluhan, sebenarnya memang kesalahan saya sih, bokong dan kaki pegel karena bonceng bertiga sehingga posisi duduk dan kaki nggak bisa maskimal, baik yang di depan di tengah maupun di belakang. Motor kan didesain dan aturannya memang hanya untuk ditumpangi oleh 2 orang saja. Jadi kalau nggak nyaman dipakai bonceng bertiga utuk jarak yang jauh ya salah sendiri.

Saya pergi ke wilayah ini sudah beberapa kali tapi selalu urusan kantor dan selalu menggunakan kendaraan roda empat. Tempat yang saya kunjungi adalah taman bunga dan Danau Pauh karena yang paling mudah aksesnya. Kedua lokasi ini juga masuk ke dalam program My Trip My Adventure. Saya kunjungi yang jauh dulu yaitu taman bunga dan baru ke danau sekalian pulang. Taman bunga ini merupakan obyek wisata buatan yang berusia sekitar 2 tahun. Di taman bunga ini terdapat berbagai macam bunga (ya iyalah….) di lahan seluas sekitar 1 hektar yang berada tepat di tepi jalan raya, tepatnya disamping Kantor Polsek Jangkat. Masuk ke obyek wisata ini tidak dikenai tiket masuk, hanya membayar parkir kendaraan saja.

20161009_100554-800x600

20161009_100242-800x600

20161009_101338-800x600

20161009_100628-800x600

Tujuan kedua adalah Danau Pauh yang berjarak sekitar 7 km dari tujuan pertama tadi. Lokasi danau sekitar 500 meter dari jalan raya dengan akses jalan tanah perkerasan. Masuk ke lokasi danau juga tidak dikenai tiket masuk. Di tempat ini kita hanya bisa menikmati pemandangan saja, atau main air ditepi danau. Harusnya bisa diberi atraksi lain semisal perahu keliling danau sehingga semakin menarik lebih banyak wisatawan untuk datang.

20161009_110018-800x600
Danau Pauh dengan latar belakang Gunung Masurai, sayang puncaknya diselimuti awan.

20161009_104726-800x600

20161009_105227-800x600

20161009_105820-800x600
Jika cuaca cerah, ketiga gunung tersebut akan nampak secara utuh dan pastinya indah banget…

Review selanjutnya tentang konsumsi bahan bakarnya. Banyak review yang saya baca terutama yang tinggal di kota besar, konsumsi bahan bakar hanya dikisaran 1 liter untuk 30-an km. Wajar saja karena pasti berkendaranya banyak stop and go karena macet dan lampu merah. NMAX saya untuk 1 liter bisa tembus di angka 41 km/liter, bisa dikatakan irit untuk ukuran mesin 155 cc. Saya menggunakan bahan bakar RON 92. Berkendara saya biasa saja, pernah sih mencoba jalan pelan-pelan, eco riding lah istilahnya untuk mencoba keiritannya dan bisa mendapat angka 48 km/liter. Jarak rumah ke kantor sekitar 30 km tanpa ada satupun traffic light dan tanpa kemacetan di jalan, hanya saja dari 30 km tersebut sekitar sepertiganya berupa jalan rusak penuh lubang dan di beberapa lokasi aspalnya sudah hilang sama sekali, sehingga mau nggak mau ya sering buka tutup gas. Jika saja seluruh jalannya aspal mulus, konsumsi bahan bakarnya pasti bisa lebih irit lagi.

Hmmm apa lagi ya? Oiya, tentang spedometer. Layar spedometer sudah full digital dan fiturnya lengkap. Odo meter, kecepatan berkendara dan indikator bahan bakar tentu saja ada. Selain itu dilengkapi juga dengan jam, 2 trip meter, pengingat saat harus ganti oli dan v belt, dan konsumsi rata-rata bahan bakar.

Terakhir tentang kekurangan NMAX ini seperti yang sudah sering diulas dan dikeluhkan sejak NMAX keluar adalah sock breaker belakang yang memang keras banget. Bahkan saya rasakan masih lebih enak sock breaker Jupiter MX saya yang sudah mati. Ada keluhan ini bukannya diperbaiki Yamaha dengan mengganti di keluaran terbaru tapi justru malah menjual sock breaker yang lebih lembut sebagai akesori resmi, jadi mesti mengeluarkan duit lagi.

Itu saja review saya sebagai pengguna awam. Kesimpulan saya, NMAX ini worth it bangetlah dan nggak salah pilih. Oiya, ada yang cukup unik dari motor yang pernah saya miliki, yaitu semuanya bermerk Yamaha dan selalu meningkat kapasitas mesinnya. Pertama Crypton (105 CC), kemudian Jupiter Z (110 CC), selanjutnya Jupiter MX (135 CC) dan sekarang NMAX (155 CC). Kalau mengikuti tren tersebut nantinya kalau ganti motor harusnya Yamaha lagi dan dengan CC yang lebih besar. Kalau gitu pilihan saya jatuh ke  XMAX (250 CC) Aamiin….

xmax250
Aamiin-kan ya suatu saat ganti dengan ini 😀 (Foto: IG @abidin_san)

9 pemikiran pada “Mereview Yamaha NMAX

Tinggalkan Balasan ke Avant Garde Batalkan balasan